Fauzan Ardian, mahasiswa Sistem Informasi Pradita University angkatan 2025, adalah contoh nyata bagaimana rasa penasaran bisa membawa seseorang melangkah jauh. Berawal dari ketertarikannya pada ekosistem Google, Fauzan melihat pembukaan Google Student Ambassador (GSA) sebagai peluang untuk bukan hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi memahami bagaimana teknologi itu bekerja di balik layar. Dengan semangat upgrade diri, ia mendaftar dan all-out mengikuti proses seleksi yang menantang—mulai dari membuat video hingga menulis esai yang harus menggambarkan passion dan karakter dalam waktu singkat. Meski deg-degan, proses itu justru membuatnya lebih mengenal potensi diri.
Sebagai GSA, Fauzan berperan menjadi jembatan antara Google dan mahasiswa Pradita University. Ia mengenalkan teknologi Google, menyebarkan literasi AI, serta membantu teman-temannya meningkatkan keterampilan digital melalui resource resmi Google. Baginya, pengalaman ini sejalan dengan konsep Real Case, Real Experience yang menjadi ciri khas Pradita University. Lingkungan kampus yang penuh proyek nyata, kerja bareng industri, dan pengalaman hands-on membuatnya terbiasa berkomunikasi, berkolaborasi, dan memecahkan masalah—hal-hal yang sangat membantunya selama seleksi GSA.
Salah satu hal paling membanggakan dari peran ini adalah akses ke komunitas global. Fauzan bisa berjejaring dengan mahasiswa dari berbagai negara, belajar langsung dari expert Google, hingga mendapatkan berbagai materi dan reward eksklusif yang membuatnya semakin bersemangat berbagi ilmu di kampus. Ia berharap mahasiswa Pradita semakin melek teknologi, lebih berani berkarya, dan tidak hanya bergantung pada teori. Menurutnya, industri hari ini menuntut skill yang relevan dengan dunia nyata, dan program seperti GSA adalah pintu berharga untuk memulainya.
Fauzan menekankan bahwa skill paling berguna untuk menjadi GSA bukanlah kemampuan coding tingkat tinggi, melainkan komunikasi dan rasa ingin tahu. Yang penting adalah kemauan belajar dan kemampuan menyampaikan informasi dengan cara yang fun dan mudah diterima. Ia juga percaya bahwa mahasiswa perlu aktif mencari kesempatan semacam ini karena kuliah bukan hanya soal IPK, tetapi bagaimana mengasah soft skill seperti leadership, networking, dan adaptasi.
Untuk teman-teman yang ingin mencoba program seperti GSA, Fauzan memberikan satu pesan sederhana: Just Start. Jangan menunggu merasa cukup hebat; yang penting riset, jadi diri sendiri, dan tunjukkan antusiasme. Jika diminta merangkum perasaannya dalam satu kata, ia memilih “Empowered”—karena melalui program ini, ia merasa diberi kepercayaan, pengetahuan, dan peluang untuk memberikan dampak positif bagi komunitas kampusnya.
Fauzan adalah bukti bahwa di Pradita University, peluang untuk berkembang bukan sekadar teori. Dengan real case, real experience, setiap mahasiswa punya kesempatan untuk melangkah jauh—bahkan hingga ke komunitas global. Siap mengikuti jejaknya?